Senja lamat-lamat turun. Awan di sebelah barat, lambat laun menjadi keemasan. Mentari mulai menyusup kembali ke peraduannya. Angin semilir berhembus menerbangkan sayup-sayup suara burung kembali ke sarangnya. Daun nyiur di tengah perkotaan melambai-lambai dengan anggunnya.
Rambut panjangku berhamburan menari-nari mengikuti hembusan angin senja. Kunikmati pemandangan senja yang indah. Sore itu hatiku damai dan nyaman. Bibirku tersenyum, mataku terpejam, tanganku membuka lebar menikmati hembusan angin. Jarang sekali hatiku damai seperti ini. Damai bak baru lahir dan tak mengenal kemelut masalah dunia ini. Otakku yang semula kosong, kembali berputar memikirkan apa yang bisa membuatku sangat damai. Ternyata dirinya. Ia yang memang selalu membuatku tersenyum seperti anak kecil yang baru mendapatkan hadiah yang diinginkannya. Mataku selalu membulat dan berkaca-kaca saat mengingat hari ini ia tak jauh dariku. Tidak berkilo-kilometer seperti hari-hari lalu, bahkan tidak satu kilometer dariku.
Sentuhan ringan di pundakku, membuat lamunanku buyar, ikut mengalir bersama hembusan angin. Namun badanku tak terhentak, hanya kubuka mataku untuk merespon sentuhan itu tanpa menyirnakan senyum di bibirku. Ia yang menyentuhku ikut tersenyum melihatku. Aku berbalik untuk melihat wajahnya. Wajah elok yang selalu membuatku rindu dengan setiap mili guratan di wajahnya. Wajah itu kini memandangku dengan senyum yang sangat jarang ia tampakkan. Ia meraih tanganku dan membawaku ke beranda. Kami berhenti tepat setelah sebuah kolam ikan menghalangi langkah kami. Kutaburkan beberapa butir makanan ikan untuk mengundang ikan di kolam itu mendekat. Ia berjongkok menepuk-nepuk air membasahi tangannya. Tangan basah itu ia percikkan padaku sembari menggodaku. Sedikit kesal terbersit. Namun kutau ia hanya bergurau dan kurasa aku rindu saat-saat ini. Tak lama kemudian, kami telah basah karna perang air kolam.
Senja Terindah Bersama Orang Terindah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar